Assalamu'alaikum :)
Sudah setahun lebih nggak menulis di blog ini :") Banyak juga suka duka yang sudah terlewati di tahun 2019 ini, yang Alhamdulillah menjadikanku sedikit berubah, semoga perubahan yang lebih baik. Aamiin... Tahun ini banyak yang gencar menyuarakan bahwa climate change is real! Salah satu contohnya adalah dek Gretta Thunberg yang usianya masih belasan tahun namun berani menyuarakan climate change dimana-mana, salah satu contohnya saat kongres senator di Amerika Serikat. Selain Gretta, banyak banget orang-orang yang menginspirasi ku untuk berbuat lebih baik lagi untuk bumi dan berani menyuarakan kalau manusia harus #BeKindwithEarth, berbuat baik untuk bumi nggak hanya untuk kebaikan enviromentalist, atau untuk climate change activist saja, namun juga untuk kebaikan seluruh umat manusia, hewan, dan makhluk hidup yang tinggal di bumi.
Ku ucapkan Alhamdulillah sekali lagi karena progres #BeKindwithEarth ku semakin berwarna. Tahun 2019 ini Alhamdulillah aku bisa menyisihkan sedikit uang untuk membeli reusable pantiliner di Baby Oz (tentunya setelah riset dan melihat review tentang higienitas dan faktor lainnya). Mungkin lain kali aku akan share dan review penggunaan pantiliner ini.
Selain itu, sudah setahun lebih aku sudah tidak membeli produk sampo komersil. Trus pakai sampo apa?. Jujur untuk pengganti sampo komersil aku belum menemukan yang cocok, perjalananku diawali dengan santan yang dicampur madu, atau daging lidah buaya yang diblender, kugunakan selang-seling (kebetulan posisi ku saat itu sedang libur, jadi bahan-bahan itu mudah kudapatkan di rumah), nah setelah kegiatan koasistensi ku dimulai, baik kegiatan PKL maupun saat di kampus, bahan-bahan tersebut tidak fleksibel untuk masa penyimpanan (karena bahan tersebut segar, masa simpannya singkat dan harus buat yang baru dan fresh). Sebenarnya saat itu sudah banyak brand eco-friendly yang menawarkan shampoo bar yang kualitasnya sepertinya bagus (kalau dilihat dari reviewnya). Namun, aku masih trauma, aku pernah membeli shampoo bar yang dijual di e-commerce, entah karena formulasinya, atau bahannya memang tidak tepat untuk shampoo bar, setelah penggunaan rambutku kasar dan kering seperti ijuk :( dan akhirnya sabun tersebut ku-alihfungsikan sebagai sabun cuci piring.
Akhirnya aku mengikuti tren No Shampoo cukup lama, lebih dari 6 bulan kalau tidak salah. Jadi No Shampoo adalah cara keramas yang tidak menggunakan sampo, hanya mencuci rambut dengan air saja. Untuk mengimbangi rambutku yang kering, aku menggunakan VCO (Virgin Coconut Oil) sebelum mencuci rambut. Mungkin orang yang membaca ini akan berfikir kalau itu jorok, tapi jujur aku enjoy sekali menjalaninya, walaupun aku tidak merasakan hal positif apapun, selain merasa tenang karena tidak nyampah botol sampo lagi.
Namun, setelah cerita dengan sahabatku, dan dia merasakan rambutku kurang sehat, akhirnya kami iuran untuk beli shampoo bar di toko zero waste dekat kampus. Owner toko tersebut bilang kalau di awal pemakaian mungkin rambut sedikit kaku, karena detoks dan peralihan dari sampo komersil ke shampoo bar. Alhamdulillah aku tidak merasakannya, mungkin karena sudah hampir setahun tidak menggunakan sampo komersil. Yaaa walaupun belum ada efek yang wow banget, setidaknya kondisi rambutku lebih baik (sedikit) daripada sebelumnya.
Namun, setelah cerita dengan sahabatku, dan dia merasakan rambutku kurang sehat, akhirnya kami iuran untuk beli shampoo bar di toko zero waste dekat kampus. Owner toko tersebut bilang kalau di awal pemakaian mungkin rambut sedikit kaku, karena detoks dan peralihan dari sampo komersil ke shampoo bar. Alhamdulillah aku tidak merasakannya, mungkin karena sudah hampir setahun tidak menggunakan sampo komersil. Yaaa walaupun belum ada efek yang wow banget, setidaknya kondisi rambutku lebih baik (sedikit) daripada sebelumnya.
Progres tahun ini yang kurasa cukup mengejutkan adalah aku tidak membeli tisu lagi. Bagiku yang orangnya agak melow dan melankolis mudah sekali menangis, jadi tisu adalah salah satu barang yang penting. Setelah mengalihfungsikan kaos kesayanganku menjadi sapu tangan, aku fikir tidak perlu lagi untuk membeli tisu, entah tisu kering maupun tisu basah. Namun, sekitar bulan September 2019 kemarin aku sempat sakit dan harus rawat inap. Karena diagnosa penyakitku adalah penyakit yang berhubungan dengan higienitas dan kebersihan (typhus dan suspek Hepatitis A virus), mau tidak mau aku harus menggunakan tisu basah maupun kering, membeli botol air minum kemasan (rasanya ingin menangis saat air dalam botol masih sedikit- karena berarti harus membuang botol plastik dan membuka botol baru), obat-obatan yang dibungkus dalam plastik, dan sampah-sampah lainnya :( Tapi rasa bersalahku aku singkirkan jauh-jauh, karena mengingat posting instagram Mbak Tyas dari Sustaination tentang sampah di dunia medis...
Ya sama dengan posting blog ku sebelumnya, untuk menjadi #BeKindwithEarth nggak menuntut kesempurnaan, harus tau situasi dan kondisi yang terjadi saat itu.
Oke deh, cukup sekian Kilas Balik Perjalanan #BeKindwithEarth 2019, sebenarnya masih banyak hal yang ingin diceritakan, tapi mungkin aku tulis di posting yang berbeda. Terima kasih banyak sudah membaca :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar